Sekitar dua tahun yang lalu, Citra mengenal seorang kakak kelas
yang bernama kak Yani. Pertama kali dia melihatnya, saat dia sedang duduk-duduk
di taman sekolah. Saat itu, Citra merasa sangat kesepian dan sedih karena belum
bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Dia melihat kak Yani berjalan dengan
anggun membawa sebuah buku di tangannya. Kesepian dan kesedihan yang dirasakan
Citra saat itu langsung hilang saat melihat kak Yani berjalan menghampirinya.
“Hai…
adik!” sapa kak Yani dengan suara yang lembut.
“Iyaa
kak!” jawab Citra dengan kaget.
“Adik
kenapa?” tanyanya dengan penasaran.
“Tidak
apa-apa kak” jawab Citra dengan gugup.
Sapaan itu membuat Citra terdiam dan bertanya-tanya dalam hati
“Apakah saya sedang bermimpi?”, dia langsung mencubit pipinya. “Auuuuhh…..!!!”
teriak Citra kesakitan. Kak Yani tersenyum melihat tingkah Citra yang lucu itu.
Kak Yani kemudian duduk disamping Citra, mereka bercerita tentang sekolah dan
sesekali kak Yani menanyakan kenapa Citra sering terlihat duduk sendiri.
Saat berada didekat kak Yani, Citra selalu salah tingkah apalagi
saat dia ditatap oleh kak Yani. Citra hanya bisa memandangi rerumputan dan
daun-daun disekitarnya sambil mendengar cerita dari kak Yani. “adik, kakak pergi
dulu yah?” Kata kak Yani.
Citra kaget dan langsung berdiri di hadapannya.
“Iya
kak” kata Citra dengan bahagia namun ada sedikit ekspresi kecewa.
Citra pun meninggalkan taman tersebut dan menuju ke kelas untuk
mengambil tas, karena bel pulang sekolah juga sudah berbunyi.
**
Keesokan paginya sinar mentari telah berada tepat diufuk timur. Citra
melawan rasa kantuk yang sangat menggoda. Tapi, sebagai orang yang taat
beragama Citra melawan rasa kantuk itu untuk menjalankan ibadah sholah subuh.
Setelah sholah Citra langsung mempersiapkan diri untuk ke sekolah.
Sekarang ini Citra sudah kelas XI dan Kak Yani kelas XII.
Sesampai di pintu gerbang sekolah, Citra kembali terdiam dan
lagi-lagi salah tingkah saat Kak Yani berjalan di sampingnya. Citra langsung
berhenti berjalan. Tiba-tiba Kak Yani menepuk pundaknya.
“Kenapa
berhenti? Ayo jalan!” kata kak Yani dengan senyum manisnya.
“,,,,,,”
Citra hanya diam dan menatapnya.
Sekali lagi kak Yani menyapa Citra dan kali ini dia langsung memegang
tangan Citra lalu menariknya masuk ke sekolah. Sesuatu hal yang sangat indah di
pagi yang berudara dingin. Sesampainya di parkiran, mereka berpisah karena
ruagan kelas mereka berjauhan.
Sesampai di kelas Citra duduk dan merasa kesepian diantara
keramaian kelas yang seakan-akan seperti pasar karena didominasi oleh kaum hawa.
Saat belajar pun Citra kurang konsentrasi dengan pelajarannya, dia selalu
melihat keluar kelas. Citra tak sabar menunggu bel istirahat berbunyi. Citra
berharap bisa bertemu dengan kak Yani lagi.
Saat mendengar bel
sekolah berbunyi, Citra tak sengaja berteriak, “Yeeeeee…..!!” sontak pada saat
itu Citra menjadi pusat perhatian dan ditertawakan oleh teman sekelasnya. Citra
kemudian membereskan buku dan pulpen, Citra langsung bergegas keluar kelas
tanpa arah dan tujuan. Citra bingung dia akan kemana, akhirnya dia memutuskan
untuk pergi ke perpustakaan. Sebelum
masuk perpustakaan, Citra terlebih dahulu mengisi buku pengunjung. Setelah itu,
Citra memulai penjelajahannya untuk mencari buku-buku yang menarik untuk
dibaca, setelah mendapatkan apa yang dia cari, Citra langsung mencari tempat duduk.
Keberuntungan memang sedang berpihak kepada Citra saat itu. Dia melihat Kak
Yani sedang duduk sambil membaca buku di perpustakaan itu. Citra kemudian duduk
disamping Kak Yani, Citra membutuhkan modal nekad yang besar untuk melakukan
hal itu. Sesekali mereka saling menatap tanpa berbicara sedikit pun.
Citra menganggap Kak Yani
sebagai saudara Citra, meskipun dia adalah kakak kelas tapi, dia sangat berarti
bagi Citra. Kak Yani kemudian memberikan selembar kertas kepada Citra yang
bertuliskan “ CITRA TELAH TERBIASA DENGAN HAL ITU”, awalnya Citra tidak tau apa
makna dari kalimat itu. Tak berapa lama bel sekolah berbunyi itu artinya mereka
harus ke kelas. Saat merapikan kursi Kak Yani langsung berbisik ke Citra “Dek,
kamu harus terbiasa dengan ini dan jangan pedulikan apa yang orang lain katakan”.
Percaya atau tidak, banyak yang menganggap Citra dan Kak Yani pacaran. Tidak
tau gosip ini beredar dari siapa. Gosip ini sering membuat Citra merasa risih dan
tak enak hati kepada kak Yani.
Citra kembali menuju ke kelas karena Kak Yani akan ke kelasnya.
Bel tanda pulang pun berbunyi. Citra berjalan keluar sekolah
bersama Kak Yani. Setiap hari bersama Kak Yani membuatnya terbiasa berada di
dekat kak Yani. Selama ini Citra berada di antara kesunyian. Tapi berkat Kak Yani kesepian itu mulai musnah. Kini
kebahagian bersama Kak Yani telah mengembalikan segalanya. Berbagi suka dan
duka bersama Kak Yani adalah hal terindah yang pernah Citra alami.
Citra
berdoa “yaa.. Tuhan, saya mohon agar waktu tidak berputar begitu cepat!” pinta Citra
dengan penuh harap.
Kadang Citra menyesali dirinya karena Citra tidak bisa membuat Kak
Yani tersenyum di saat Citra berada didekatnya.
Sesampai di rumah Citra langsung masuk kamar dan berbaring di
kasur. Citra membayangkan jika Kak Yani sudah lulus dari sekolah, mungkin Citra
akan kembali merasa kesepian. Tak ada lagi teman untuk berbagi suka dan duka,
bisa jadi Kak Yani tidak akan mempedulikannya lagi.
Sekitar seminggu lagi Kak Yani akan melaksankan Ujian Nasional. Malam
pun tiba, kini Citra lelah dan ingin beristirahat. Tapi, mata Citra tak bisa
tertutup karena membayangkan hal yang tidak-tidak dan menerka-nerka apa yang
akan terjadi besok. Citra ingin hari-harinya selalu bahagia, bersama-sama
dengan Kak Yani. Kini mata Citra terasa berat karena deraian air mata. Citra
pun tertidur lelap dengan suara tetesan air hujan yang jatuh. Citra bermimpi
dan berteriak menyerukan nama Kak Yani, “Kak Yaniaaa…..”, Citra kemudian bangun
dan tersadar dari mimpi yang tak jelas itu. Mungkin karena Citra selalu
memikirkan Kak. Setelah beberapa saat, Citra kemudian melanjutkan tidurnya.
Keesokan paginya Citra hanya terbaring dikasur karena hari ini
libur UN. Sekitar seminggu Citra libur, Citra hanyut dalam kesunyian dan
kesedihan. Terkadang Citra ingin libur karena Citra dapat terbebas dari tugas
sekolah yang sangat banyak. Tapi terkadang juga Citra ingin sekolah karena Citra
merindukan suasana kelas tempat dimana dia mendapatkan pengalaman baru bersama
teman-teman dan terutama merindukan sosok Kak Yani.
Hari libur pun telah selesai. Sebenarnya Citra tak ingin ke
sekolah karena Kak Yani tidak datang ke sekolah. Tapi apa boleh buat Citra
harus ke sekolah.
Seperti hari-hari biasanya, tapi kini berbeda tanpa melihat Kak
Yani lagi. Jam istirahat Citra habiskan dengan
berdiam diri di kelas. Ini terjadi selama sebulan lebih dan semua terasa
seperti dulu, yaitu kesunyian.
Citra mendengar bahwa besok akan diadakan perpisahan siswa kelas
XII di sekolahnya. Itu berarti besok saat yang tepat untuk meluapkan rasa
rinduku kepada Kak Yani. Citra pulang ke rumah dengan wajah yang murung. Tiba
di rumah, Citra langsug berbaring sejenak. Citra kemudian terbangun lagi untuk
makan dan mengerjakan tugas sekolahnya. Setelah semua selesai Citra langsung
tertidur karena lelah mengerjakan tugas yang banyak tadi.
Keesokan paginya, Citra tak kuat lagi berjalan karena hari ini
adalah hari yang menyedihkan. Berpisah dengan Kak Yani itu sungguh berat.
Dia adalah sosok kakak yang sangat berharga bagi Citra. Sekitar dua tahun lalu Citra mengenalnya. Bagi
sebagian orang mengatakan itu adalah waktu yang sangat lama. Namun bagi Citra
itu adalah waktu yang singkat.
Saat berjalan menuju aula sekolah, Citra bertemu dengan kak
Yani. Citra dan Kak Yani kemudian berpelukkan untuk melepas rindu.
“kurasakan
hangat kasih sayang dari seorang kakak yang dapat membuatku bahagia” kata Citra
dalam hati. Hingga mereka terlihat
menteskan air mata, mereka tetap berpelukan. Citra kemudian melepaskan pelukan
kak Yani dan memegang kedua tangan kak Yani dan berkata,
“Kak
jangan menangis, saya juga sedih melihatnya”.
“Kakak
idak menangis kok dek, kakak bahagia dapat bersama adek” kata kak Yani sambil
menatap Citra dengan penuh rasa kasih dan sayang
“kitakan
masih bisa bertemu kak. Entah kapan dan dimana, tapi insyaALLAH kita pasti bisa
bertemu kembali” kata Citra kepada kak Yani.
“Adek janji yah?” Tanya kak Yani.
“Iya kak.. saya janji kok” jawab Citra.
Momen
indah itu tidak berlangsung lama,
Citra berdiri diantara kesedihan yang melanda kakak kelasnya
yang sebentar lagi akan meninggalkan guru dan adik-adik kelasnya. Setelah acara
selesai Citra langsung menghampiri Kak Yani untuk mengucapkan salam perpisahan
kepada kak Yani.
Sejak saat itu Citra
tidak pernah bertemu dengan Kak Yani lagi, sms dari Citra pun jarang dibalas
oleh kak Yani. Mungkin dia sibuk dengan kesibukannya sebagai seorang mahasiswa
baru. Citra menyadari bahwa banyak perubahan yang terjadi dari kak Yani. Menyadari
perubahan tersebut, Citra tetap saying dengan kak Yani. Citra pun bertekad
untuk tidak lagi bergantung dengan kak Yani. Semua masalahnya yang dulu selalu
diselesaikan dengan bantuan kak Yani akan dia hadapi sendiri. Walaupun kak Yani mungkin sudah berubah banyak, tapi kak
Yani tetap menjadi seseorang yang sangat
berarti dalam hidup Citra sekarang dan selamanya. (^_^)